Refleksi Minggu ke-16


Alhamdulillah tidak terasa tiba pada refleksi Minggu ke-16 untuk calon guru penggerak angkatan ke-4, dimana dalam Minggu ke-16 ini pembelajaran yang saya dapatkan adalah modul 2.3 tentang pembelajaran Coaching. Sebagaimana petunjuk dalam LMS bahwa salah satu keterampilan yang diperlukan adalah keterampilan Coaching yang merupakan bentuk komunikasi sebagai seorang pendidik. Pendekatan komunikasi ini diperlukan karena kita melihat para murid kita sebagai sosok yang merdeka sosok yang dapat menentukan arah dan tujuan pembelajaran serta meningkatkan potensinya sendiri mereka hanya memerlukan dorongan dan tuntunan dari kita sebagai pemimpin pembelajaran untuk melejitkan potensi mereka tentunya ini bukan hal yang mudah karena sebagai pemimpin pembelajaran terkadang kita tergoda untuk berupaya membantu permasalahan murid secara langsung dengan memberikan solusi dan nasehat olehnya itu dengan keterampilan Coaching dalam berkomunikasi harapan anak didik kita menjadi lebih terarah dan dapat menemukan solusinya secara mandiri yang pada akhirnya dapat meningkatkan potensi murid kita masing-masing.
Pada tahapan pembelajaran modul 2.3 ini diawali dari mulai dari diri sejauh mana memahami konsep coaching disekolah, kemudian eksplorasi konsep dan masuk pada eksplorasi konsep Tirta sebagai model serta diskusi eksplorasi bersama teman-teman CGP lainnya lalu kemudian ruang kolaborasi bersama dan masuk pada ruang kolaborasi sesi praktik bersama teman-teman CGP di kelompok masing-masing lalu mendapat refleksi terbimbing dan membuat Demonstrasi Kontekstual serta elaborasi bersama Instruktur kemudian diminta untuk kami membuat koneksi antar materi dan terakhir membuat Aksi Nyata praktek Coaching bersama teman guru atau teman sejawat di sekolah.
Di minggu ke-16 ini adalah tahap akhir pada modul dua dimana pada minggu ini ini kami juga diminta untuk mempraktekkan pembelajaran berdiferensiasi dan dan pembelajaran sosial emosional yang kami buat dalam bentuk aksi nyata serta di minggu yang sama pula kami pendampingan individu dari pengajar guru praktik.

Pada refleksi minggu ke-16 ini saya mencoba menggunakan model ke-7 yakni segitiga refleksi di mana tahapannya setelah mempelajari dalam Minggu ini saya akhirnya memahami bahwa wa menjadi Coach yang baik maka perlu menerapkan teknik-teknik dalam melakukan coaching di sekolah. Saya pun juga memahami cara untuk menjalin komunikasi yang baik dan nyaman dengan pertanyaan reflektif yang saya sampaikan kepada Coachee baik itu dari murid maupun dari rekan sejawat atau teman guru untuk membahas masalah dan menggali potensi yang kemudian melahirkan sebuah pengambilan keputusan atau solusi dari yang diharapkan oleh Coachee. Melalui pembelajaran ini juga pada akhirnya saya mengetahui keterkaitan antara konsep Coaching dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional yang tentunya untuk mewujudkan merdeka belajar pada murid.

Kemudian di tahap kedua setelah mempelajari modul ini akhirnya saya mampu melakukan teknik coaching dengan mempraktekkan baik sesama calon guru penggerak secara online dalam kelompok kemudian saya juga mendapat kesempatan untuk praktek langsung bersama instruktur Ibu Andry dan dan kemudian saya melakukan demonstrasi kontekstual praktek Coaching bersama salah satu murid saya di sekolah yang tentu menjalankan dan menerapkan sesuai dengan model TIRTA yang meliputi Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan dan Tanggung jawab atau komitmen. Dengan pertanyaan-pertanyaan reflektif saya mampu menggali masalah dan potensi yang dimiliki oleh murid saya walaupun Saya menyadari bahwa praktek yang saya laksanakan dalam demonstrasi kontekstual belum begitu maksimal namun dalam praktek saya sudah menjalankan alur sesuai model TIRTA.
Kemudian di tahap ketiga yakni perasaan saya setelah melakukan pembelajaran modul 2.3 ini ini tentu saya semakin termotivasi dan bersemangat ingin menerapkan model TIRTA baik kepada murid saya di sekolah maupun rekan sejawat yang tentunya melahirkan sebuah solusi dari mereka sendiri dan dengan pertanyaan-pertanyaan efektif saya saya dapat mengarahkan murid untuk mengembangkan potensinya masing-masing. 
Kemudian tahap keempat setelah melakukan pembelajaran pada modul 2.3 ini target saya berikutnya adalah menerapkan teknik coaching dengan model Tirta secara maksimal kemudian saya juga melakukan perencanaan untuk menyusun perangkat pembelajaran sesuai dengan modul 2 baik pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial emosional dan menerapkan Coaching. Selain itu juga saya akan berusaha melakukan pengimbasan kepada rekan-rekan sejawat di sekolah sehingga impian murid untuk merdeka belajar dapat terwujud. 
Dari pembelajaran ini saya dapat menyimpulkan bahwa pendampingan dengan praktik Coaching dapat membuka refleksi dengan pengalaman baru yang sangat berbeda dengan pengalaman saya sebelumnya di mana setelah saya melakukan pembelajaran ini ini saya dapat mengerti dan memahami bahwa praktek atau proses Coaching juga merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dapat membuat murid melakukan metakognisi atau pengalaman dirinya. Selain itu pertanyaan-pertanyaan yang efektif dalam proses Coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam, yang akhirnya murid dapat menemukan potensi dan mengembangkannya menjadi sebuah potensi yang sangat bermanfaat baik dalam dirinya sendiri maupun dalam komunitasnya di sekolah.


Herlina
SMA Negeri 1 Polewali
Angkatan ke-4 Polewali Mandar
Sulawesi Barat

Posting Komentar untuk "Refleksi Minggu ke-16 "