PEMBELAJARAN DILUAR KELAS


Pembelajaran diluar kelas

Penelusuran sejarah lokal dalam bentuk pembelajaran diluar kelas yang dilaksanakan oleh siswa SMA Negeri 1 Polewali Mandar Sulawesi Barat. Dimana dalam pelaksanaannya dilakukan dalam 4 hari secara bergiliran untuk setiap kelas dengan model susur objek sejarah peninggalan dari abad 16 dan abad 20. Tujuan utama dalam pembelajaran ini adalah menggali sejarah lokal khususnya di Polewali Mandar sebagai Sentral Kebudayaan Mandar dan Peran rakyat Mandar dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan (Khususnya Jejak Perjuangan Ibu Hj Andi Depu). 




Mengawali dengan konteks sejarah yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan setiap orang, masyarakat dan bangsa. Ia merupakan bagian penting yang membentuk identitas individu dan bangsa. Konsep pembelajaran sepanjang hayat mengubah proses pembelajaran menjadi lebih luas dimana siswa dapat belajar kapanpun dan dimanapun. Melalui prinsip belajar sepanjang hayat ini proses pembelajaran dan pembentukan karakter peserta didik tidak hanya terjadi disekolah tetapi juga dirumah dan dimasyarakat. Dalam hal ini lingkungan masyarakat turut andil menjadi bagian dari proses pendidikan seseorang. Olehnya itu peserta didik tidak hanya Belajar sejarah dari buku tetapi juga dari tradisi lisan yang dituturkan masyarakat yang ada disekitar mereka secara turun temurun. Dimana tradisi lisan lazimnya kaya dengan berbagai suritauladan dari tokoh atau peristiwa yang dikisahkan sehingga dapat membangun kesadaran sejarah tiap peserta didik dan dapat membentuk karakter peserta didik. 


Hal tersebut juga selaras dengan pemikiran Kihajar Dewantara yang mengemukakan bahwa Guru seharusnya memberikan pelayanan terbaik untuk murid  dengan menempatkan diri sebagai pamong dengan sistem Among untuk mencapai profil pelajar Pancasila yang mencangkup enam aspek penting secara holistik. guru dituntut untuk dapat memiliki dan menerapkan nilai-nilai serta menjalankan peran nya sebagai guru Penggerak sehingga membawa tumbuh kembang (murid) secara holistik, secara cipta, secara rasa, secara karsa, secara raga, kuat, tajam pikirannya, halus rasanya, lalu kuat kemauannya, lalu sehat jasmaninya, sejahtera yang diinginkan lahir dan batin. Dalam kaitan pembelajaran sejarah guru berperan penting dalam memberikan pelayanan dengan menginformasikan dan mengarahkan peserta didik untuk melaksanakan pembelajaran lebih luas. Olehnya itu salah satu cara yang dapat dilakukan oleh sekolah bersama sama dengan komite sekolah adalah membawa peserta didik untuk memperkenalkan tempat tempat bersejarah yang ada disekitar lingkungan sekolah atau yang ada di daerah sekolah tersebut.

Dalam pelaksanaan pembelajaran diluar kelas ini dengan bentuk susur objek sejarah peserta didik dapat merasakan tempat-tempat bersejarah, peserta didik dapat merasakan pemandangan dan perspektif lebih nyata tentang peristiwa sejarah dimasa lalu sehingga dengan kegiatan tersebut dapat mengembangkan imajinasi peserta didik tentang peristiwa yang terjadi dalam sejarah sehingga sejarah menjadi sesuatu yang hidup karena peserta didik dapat mengalaminya secara langsung, paling tidak melalui kesadaran akan tempat dan lokasi yang tersedia. Hal ini juga tentunya tidak lepas untuk mempererat rajutan keindonesiaan dan memupuk rasa cinta tanah air pada generasi muda. Dengan bentuk implementasi yakni mengunjungi objek peristiwa sejarah, tokoh sejarah dan bangunan bersejarah akan merangsang berfikir kritis peserta didik dalam menggali informasi. 

AdapunTahapan pelaksanaan pembelajaran diluar kelas dimulai dari Pemeriksaan jumlah peserta di setiap bus yang telah disiapkan kemudian lanjut pada pelepasan dan doa bersama sebelum pemberangkatan serta arahan dan penguatan terkait pembelajaran yang akan dilakukan dilokasi objek. Sehingga peserta didik mengetahui betul tujuan dari pembelajaran tersebut. 

Adapun Kunjungan objek pertama adalah makam Imayambungi atau Raja pertama di Tanah Mandar yang Lebih dikenal dengan gelar Todilaling. Kunjungan pertama ini berjarak kurang lebih 30 KM dari kota Polewali Mandar atau sekitar 1 jam perjalanan darat dengan kecepatan sedang, lokasi makam raja pertama dimandar ini terletak di Bukit napo, Sesampainya di bukit Napo, terdapat seratus lebi anak tangga untuk menjangkau makam Todilaling di puncak bukit dengan ketinggian 237 MDPL ( meter diatas permukaan laut ) jarak dan tantangan tersebut tidak mematahkan semangat peserta didik untuk mengunjungi leluhurnya. Di areal makam, tampak sebuah pohon beringin besar, dari kawasan makam itu juga akan tampak pemandangan indah.  Diatas puncak bukit Napo dan dibawah naungan rindangnya pohon beringin itulah raja pertama Balanipa dimakamkan. Konon di tempat makam itu pula dikebumikan beberapa dayang-dayang dan penari serta beberapa penabuh gendang yang dengan setia menyertai raja pertama Balanipa itu kedalam liang lahat, sebagai bukti kesetiaan. Nisan makam terbuat dari batu monolit tidak distilir, orientasi makam Timur-Barat yang berindikasi bahwa Raja tersebut belum memeluk agama Islam. 
Nilai terpenting yang dapat dipetik dalam pembelajaran luar kelas ini adalah Dalam semangat kejuangannya, Todilaling merintis persekutuan kerajaan – kerajaan di tanah Mandar dan nilai positif yang dapat diambil dari sejarah perjuangan Todilaling antara lain kepemimpinan, keberanian membela yang benar serta perjuangan kemanusiaan atas dasar persaudaraan di tanah Mandar. 

Objek kedua yang menjadi sasaran kunjungan adalah Monumen Merah putih di Tinambung atau lebih dikenal dengan monumen Hj Andi Depu, dimana monumen ini menceritakan tentang perjuangan Andi Depu dalam mempertimbangkan bendera Merah Putih yang ingin diturunkan oleh tentara NICA. 


Kemudian kunjungan ketiga adalah rumah adat Boyang kaiyyang di Buttu Ciping, yang dimana dari hasil wawancara dengan petugas setempat mengatakan bahwa boyang kaiyyang ini merupakan Aula Taman budaya Sulbar yang nantinya akan menjadi destinasi wisata yang menggambarkan Persekutuan Pitu ulunna salu dan Pitu babbana binanga dengan miniatur berbagai rumah adat 14 kerajaan yang ada di wilayah Sulawesi Barat yang diharapkan menjadi ikon Sulawesi Barat yang kental dengan Sejarah dan budaya Mandar. 

Diboyyang kaiyyang inilah peserta kegiatan melaksanakan shalat shalat dhuhur secara berjamaah, kemudian makan siang dan Melaksanakan diskusi dengan Narasumber pak Haji Ahmad Asdi. Dimana dalam diskusi kami batasi pada pembahasan Sepakat terjang dari raja Todolaling dan Peran perjuangan rakyat mandar dalam mempertahankan kemerdekaan Khususnya pada perjuangan Hj.Andi Depu yang merupakan Pahlawan Nasional sejarah 2018. 
Diskusi berjalan dengan lancar, berbagai pertanyaan disampaikan oleh beberapa peserta didik kemudian dilanjutkan dengan pembahasan dari pertanyaan tersebut. 




Sebagai bentuk apresiasi narasumber memberikan door prize kepada setiap peserta didik yang mengajukan pertanyaan. Dimana door prize ini adalah hadiah dalam bentuk buku sejarah lokal yang ditulis lansung oleh narasumber sendiri. 

Adapun kunjungan objek ke Empat adalah Makam korban 40 ribu jiwa yang terletak digalung Lombok dan secara administratif masuk pada wilayah Polewali Mandar. Monumen ini menceritakan tentang peristiwa kekejaman pasukan khusus Westerling dengan bentuk shok terapi. Dimana dalam cerita sejarah bahwa peristiwa ini terjadi dalam 3 fase dan kekejaman pasukan khusus Westerling terlihat pada fase ke tiga dengan penembakan secara membabi buta kepada masyarakat sipil.

Setelah mendapat informasi di objek Galung Lombok kegiatan selanjutnya melaksanakan shalat ashar secara berjamaah kemudian lanjut ke objek terakhir yakni objek wisata pantai Dato yang terletak di Kabupaten Majene hal ini juga selaras dengan guna belajar sejarah yakni sebagai Edukatif, inspiratif dan rekreatif. 


Catatan pembelajaran Sejarah
Herlina

 

2 komentar untuk "PEMBELAJARAN DILUAR KELAS "